PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS
NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN
Perkenalkan saya Agustinus Cristhian Damiano, S.Pd. dari SMAN 5 Buntok, Kab. Barito Selatan, Kalimantan Tengah, calon Guru Penggerak Angkatan 10 tahun 2024. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Namun sebelumnya saya kutipkan kalimat bijak berikut ini untuk menjadi renungan kita bersama.
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
-Bob Talbert-
Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?
Kutipan dari Bob Talbert ini menekankan pentingnya mengajarkan nilai-nilai yang mendasar dan berharga dalam kehidupan, bukan hanya keterampilan teknis seperti menghitung. Sebagai seorang guru, pernyataan ini mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran guru tidak hanya memberikan pengetahuan akademis saja, namun guru juga harus membimbing siswa dalam memahami dan menginternalisasi nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, empati dan integritas.
Dengan fokus pada nilai-nilai ini, guru akan membantu siswa untuk tidak hanya menjadi cerdas secara akademis, tetapi juga menjadi individu yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat. Menggabungkan pengetahuan akademis dengan pendidikan karakter menciptakan keseimbangan yang sehat dalam perkembangan anak. Mereka tidak hanya menjadi cerdas tetapi juga memiliki karakter yang kuat. Ini sejalan dengan konsep pendidikan karakter yang menekankan pengembangan moral dan etika sebagai bagian integral dari proses pembelajaran.
Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?
Nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang kita anut dalam pengambilan keputusan dapat memberikan dampak yang signifikan pada lingkungan sekitar kita dalam berbagai cara menghadapi dilema etika. Misalnya, jika seseorang memilih prinsip “Berpikir Berbasis Hasil Akhir”, keputusan yang diambil akan fokus pada hasil terbaik bagi banyak orang. Dampaknya bisa positif jika hasil akhirnya membawa kebaikan bagi banyak orang, namun bisa juga negatif jika mengabaikan kepentingan minoritas. Sebaliknya, “Berpikir Berbasis Peraturan” menekankan kepatuhan terhadap aturan atau standar yang ada. Keputusan yang diambil berdasarkan prinsip ini akan menciptakan lingkungan yang tertib dan teratur, namun akan kurang fleksibel dalam menghadapi situasi tertentu. “Berpikir Berbasis Rasa Peduli” menempatkan perhatian pada kebutuhan individu dan hubungan personal, yang mendukung empati dan kepedulian terhadap orang lain. Keputusan yang diambil berdasarkan prinsip ini akan melibatkan emosi dan sosial pada individu yang terlibat. Dampaknya adalah terciptanya lingkungan yang lebih harmonis namun kurang efisien karena melibatkan terlalu banyak pertimbangan perasaan. Prinsip-prinsip ini, tergantung pada pilihan yang diambil, akan memberikan dampak bagi banyak orang disekitar kita.
Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, saya dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid melalui pengambil keputusan dengan cara saya akan memastikan setiap keputusan yang diambil selalu mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan murid. Saya juga akan menunjukkan tanggung jawab dalam setiap keputusan, baik dalam hal akademis maupun non-akademis. Keputusan yang saya ambil akan menerapkan nilai-nilai kebajikan. Setelah mengambil suatu keputusan, saya tidak akan berhenti sampai disitu. Namun saya akan menganalisis kembali keputusan yang sudah dibuat dan merefleksikannya kembali. Dengan melakukan ini, saya akan membantu menciptakan lingkungan yang memotivasi murid untuk belajar dan berkembang secara maksimal.
Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Kutipan tersebut menekankan bahwa pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan saja, tetapi juga mengenai pendidikan karakter dan perilaku. Dalam konteks modul 3.1 “Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin”, ini berarti bahwa sebagai pemimpin pembelajaran, saya tidak hanya mengajarkan keterampilan dan pengetahuan tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebajikan dan etika dalam setiap keputusan yang diambil. Dengan demikian, sebagai seorang pemimpin pembelajaran, saya membantu murid-murid menjadi individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berperilaku baik dan bertanggung jawab.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Ki Hajar Dewantara, terutama konsep Pratap Triloka, memiliki kaitan dalam penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Pratap Triloka terdiri dari tiga prinsip utama :
Ing Ngarso Sung Tuladha (Di depan memberi teladan)
Ing Madya Mangun Karsa (Di tengah membangun semangat)
Tut Wuri Handayani (Di belakang memberi dorongan)
Ketiga prinsip ini mencerminkan bagaimana seorang pemimpin harus bertindak dalam berbagai situasi:
Ing Ngarso Sung Tuldaha
Seorang pemimpin harus menjadi contoh yang baik bagi orang lain. Dalam pengambilan keputusan, ini berarti pemimpin harus menunjukkan integritas, kejujuran dan etika yang tinggi.
Ing Madya Mangun Karsa
Seorang pemimpin harus mampu membangun semangat dan motivasi di antara timnya. Dalam konteks pengambilan keputusan, ini berarti melibatkan tim dalam proses pengambilan keputusan, mendengarkan masukan meraka dan memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah hasil dari kolaborasi.
Tut Wuri Handayani
Seorang pemimpin harus memberikan dukungan dan dorongan dari belakang. Ini berarti setelah keputusan diambil, pemimpin harus mendukung tim dalam pelaksanaan keputusan tersebut dan membantu mereka mengatasi hambatan yang mungkin muncul
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, seorang pemimpin dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana, adil, dan efektif, serta membangun lingkungan kerja yang positif dan produktif.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat berpengaruh terhadap prinsip-prinsip yang kita gunakan dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai ini membentuk kerangka berpikir dan pandangan kita terhadap berbagai situasi serta mempengaruhi cara kita menilai dan memilih tindakan yang dianggap paling tepat. Nilai-nilai kebajikan seperti kejujuran, tanggung jawab dan integritas akan mendorong kita untuk mengambil keputusan yang etis dan adil. Misalnya, seorang pemimpin yang menjunjung tinggi kejujuran akan cenderung transparan dalam setiap keputusan yang diambil. Dengan memahami dan menyadari nilai-nilai yang kita pegang, kita dapat membuat keputusan yang lebih konsisten dengan prinsip-prinsip kita dan lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Materi pengambilan keputusan sangat berkaitan erat dengan kegiatan coaching yang diberikan oleh pendamping (Pengajar Praktik) atau fasilitator. Coaching sendiri pada konteks pendidikan digunakan untuk mengembangkan kompetensi diri dan orang lain untuk membantunya mencapai tujuan tertentu.. Pada pembelajaran selama ini para Fasilitator dan Pengajar Praktik menerapkan konsep coaching. Khususnya setiap pembelajaran, dalam menyelesaikan permasalahan yang ada solusi tidak diberikan langsung kepada CGP. Fasilitator dan PP akan mengajak kembali CGP untuk menggali permasalahan yang ada kemudian mengidentifikasinya, membuat perencanaan berdasarkan hasil analisis serta potensi-potensi yang dimiliki kemudian mengevaluasi rencana tersebut apakah sudah terlaksana dengan baik.
Pada pembelajaran coaching terdapat salah satu poin materi yaitu Alur TIRTA yang merupakan akronim dari (Tujuan, Identifikan, Rencana Aksi dan Tanggung Jawab). Kita dapat menggunakan alur TIRTA tersebut pada diri kita ketika akan memberikan suatu keputusan. Pada tahapan identifikasi maka pendamping mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis yang membantu melihat dari berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan aspek-aspek yang mungkin terlewat sebelum memberikan suatu keputusan. Dengan bantuan coaching, kita dapat menguji dan mengevaluasi keputusan yang telah diambil, memastikan bahwa keputusan tersebut efektif dan mengatasi pertanyaan atau kerahuan yang mungkin masih ada. Materi coaching yang telah dipelajari tentunya akan membantu agar kita menjadi lebih sadar dan kritis dalam proses pengambilan keputusan..
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya sangat penting dalam pengambilan keputusan, terutama dalam menghadapi permasalahan dilema etika dengan konteks benar lawan benar. Guru yang memahami emosinya dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dan etis. Memahami perasaan orang lain membantu guru membuat keputusan yang mempertimbangkan dampak pada semua pihak. Guru akan berusaha agar semua kebutuhan masing-masing yang terlibat dapat terpenuhi. Selain itu guru perlu mengelola emosinya dengan baik sehingga dapat selalu tenang dan objektif dalam situasi sulit. Guru juga perlu memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik terutama ketika mengidentifikasi permasalahan dilema etika tersebut agar dapat menyelesaikan konflik dan membuat keputusan yang adil.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Nilai-nilai yang dianut pendidik akan mempengaruhi cara pendidik tersebut ketika menganalisis, mengevaluasi dan menyelesaikan permasalahan bujukan moral maupun dilema etika. Nilai-nilai tersebut akan menjadi landasan dasar pendidik untuk mempertimbangkan keputusan yang akan dia ambil. Oleh karena itu seorang pendidik perlu mengidentifikasi dan mengevaluasi kembali nilai-nilai yang dia anut dalam pengambilan keputusan.
Sebagai seorang pendidik tentunya sudah terdapat nilai yang menjadi landasan hidupnya. Pendidik dapat mengacu pada nilai-nilai yang tertanam pada filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Selain itu juga guru dapat secara spesifik menekankan nilai guru penggerak ketika akan mengambil suatu keputusan pada masalah yang terjadi di sekolah.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, keputusan yang kita ambil pastinya akan berdampak pada lingkungan sekolah. Setiap keputusan tersebut akan memiliki dampak jangka panjang dan jangka pendek. Seorang pemimpin yang mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan dan aturan yang berlaku akan membantu menciptakan lingkungan yang adil dan etis. Ketika seorang pemimpin membuat keputusan secara transparan dan adil maka orang-orang yang disekitar dan ikut terlibat akan memiliki rasa kepercayaan diantara mereka dan warga sekolah. Seorang pemimpin dapat berkomunikasi dengan segenap elemen sekolah untuk mempertimbangan berbagai sudut padang dan mengusahakan solusi yang menguntungkan semua pihak. Cara ini akan menghindari perselisihan diantara warga sekolah dan menciptakan lingkungan yang kondusif.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Pengambilan keputusan pada kasus dilema etika kerap kali dipengaruhi oleh nilai-nilai yang melekat pada masing-masing pihak yang terlibat. Selain itu lingkungan disekitar juga akan mempengaruhi kita ketika akan membuat keputusan. Adanya perubahan paradigma di lingkungan sekitar juga akan berkaitan dengan kesulitan dalam pengambilan keputusan yang bijak. Seorang pemimpin tentu akan berpikir secara objektif dalam mengambil sebuah keputusan. Namun nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat bisa mempengaruhi cara pandang dan keputusan yang diambil. Tantangan ini berupa konflik antara kepentingan individu lawan kepentingan kelompok. Sesuatu yang bernilai salah, terkadang di pihak lain akan dianggap sebagai sebuah kebenaran. Tentunya seorang pemimpin perlu kembali mengevaluasi dan merefleksikan nilai-nilai dan keyakinan yang terdapat di lingkungan dia bekerja. Tantangan lainnya seperti aturan yang tidak jelas atau kurangnya pedoman juga akan menyulitkan dalam membuat suatu keputusan. Walaupun peraturan sekolah sangat lengkap, namun ada kalanya kasus dilema etika yang ditemui tidak termuat didalam aturan sekolah. Hal ini akan membuat seorang pemimpin mengalami kesulitan dalam mengambil suatu keputusan. Perubahan paradigma dalam era ini kerap kali aturan yang lama sudah tidak berlaku lagi atau belum tersedia atau belum diatur dengan jelas. Oleh karena itu perlu penyesuaian dalam pendekatan etika saat mengambil suatu keputusan. Seorang pemimpin dapat menggunakan 3 prinsip 4 paradigma dan 9 langkah pengambilan keputusan ketika menghadapi suatu masalah dilema etika.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan yang tepat sangat berpengaruh dalam menciptakan pengajaran yang memerdekakan murid. Dengan mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan dan prinsip etika dalam pengambilan keputusan, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Untuk memutuskan pembelajaran yang tepat bagi potensi murid yang berbeda-beda, seorang pemimpin pembelajaran perlu memahami kebutuhan individu murid-muridnya. Setiap murid memiliki potensi dan kebutuhan yang unik. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka dapat membantu guru dalam merancang strategi pembelajaran yang sesuai. Selanjutnya guru juga dapat menggunakan pendekatan diferensiasi. Guru menyesuaikan metode, materi dan produki pembelajaran agar sesuai dengan berbagai gaya belajar dan kemampuan muridnya.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Seorang pemimpin pembelajaran memiliki peran penting dalam mempengaruhi kehidupan dan masa depan murid-muridnya. Pada materi Empat Paradigma Dilema Etika, terdapat kategori jangka pendek lawan jangka panjang. Paradigma ini menerangkan bahwa keputusan yang diambil akan mempunyai pengaruh pada jangka panjang termasuk masa depan murid. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran memainkan peran penting dalam membentuk pengalaman belajar dan hasil pendidikan murid tersebut. Keputusan yang bijaksana dan berorientasi pada kepentingan murid dapat meningkatkan kualitas pendidikan, mendukung kesejahteraan murid dan mempersiapkan mereka untuk masa depan yang baik.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir dari pembelajaran modul 3.1 ini adalah pentingnya pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Modul ini menekankan bahwa keputusan yang diambil harus didasarkan pada pengetahuan yang kuat, pengalaman yang relevan dan nilai-nilai moral yang tinggi. Keterkaitan dengan modul 1 adalah yaitu menekankan pentingnya nilai-nilai kebajikan dan etika dalam pendidikan yang berlandaskan pada filosofi Ki Hadjar Dewantara yang dikaitkan dengan pemimpin pembelajaran. Maka seorang pemimpin fokus pada pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan tersebut. Pada modul 2 guru meningkatkan keterampilan pada dirinya melalui pembelajaran berdiferensiasi, kompetensi sosial dan emosional serta coaching. Kompetensi-kompetensi yang dimiliki guru kemudian digabungkan dengan analisis kebutuhan murid melalui coaching akan membantu guru untuk memutuskan tindakan yang tepat untuk menjawab kebutuhan belajar murid.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Memahami konsep-konsep seperti dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan memang sangat penting dalam pengambilan keputusan yang etis dan efektif. Berikut adalah ringkasan dari masing-masing konsep tersebut:
- Dilema Etika dan Bujukan Moral:
Dilema Etika: Situasi di mana seseorang harus memilih antara dua pilihan yang secara moral benar tetapi saling bertentangan.
Bujukan Moral: Situasi di mana seseorang harus memilih antara benar atau salah berdasarkan aturan atau hukum yang berlaku
4 Paradigma Pengambilan Keputusan:
Individu lawan kelompok: Mempertimbangkan kepentingan individu dibandingkan dengan kepentingan kelompok.
Rasa keadilan lawan Rasa Kasihan: Memilih antara keadilan yang ketat dan belas kasihan.
Kebenaran lawan kesetiaan: Memilih antara kejujuran dan loyalitas.
Jangka Pendek lawan Jangka Panjang: Mempertimbangkan dampak jangka pendek dibandingkan dengan jangka panjang.
3 Prinsip Pengambilan Keputusan:
End-based Thinking: Berpikir brbasishasil akhir
Rules-based Thinking: Berpikir berbpikir peraturan
Care-based Thinking: Berpikir berdasarkan rasa peduli
9 Langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan:
Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan.
Menentukan siapa saja yang terlibat.
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan.
Pengujian benar dan salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan/idola).
Pengujian paradigma benar lawan benar.
Melakukan prinsip resolusi.
Investigasi opsi trilema.
Membuat keputusan.
Lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Hal yang mungkin di luar dugaan adalah betapa tipisnya batas antara bujukan moral dan dilema etika, yang kadang membuat sulit untuk membedakan keduanya dalam analisis kasus
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah. Ketika berhadapan dengan permasalahan terkait bujukan moral maupun dilema etika, saya lebih sering membuat keputusan berdasarkan pengalaman atau suara terbanyak. Saya juga berusaha menghindari konflik dari hasil keputusan yang akan diambil tanpa memperhatikan konsekuensi yang akan berdampak kedepannya.
Setelah mempelajari modul 3.1 ini saya melihat bahwa terdapat perbedaan dalam hal pengambilan keputusan saya sebelumnya dengan pengambilan keputusan yang bijaksana. Pengambilan keputusan tidak berdasarkan perasaan namun terdapat pedoman dalam melakukannya. Sebagai pemimpin pembelajaran dapat menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dengan berdasarkan pada nilai kebajikan universal dan berorientasi pada kebutuhan murid
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Mempelajari konsep pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin memiliki dampak signifikan pada cara saya ketika mengambil keputusan. Apabila sebelumnya saya mengambil keputusan berdasarkan jangka pendek atau tekanan eksternal demi menghindari konflik, maka setelah mempelajari modul ini saya menyadari pentingnya nilai-nilai kebajikan dalam setiap keputusan yang diambil. Selain itu sebelumnya saya mengambil keputusan secara cepat tanpa banyak analisis dan refleksi. Setelah mempelajari modul ini proses pengambilan keputusan menjadi lebih reflektif, mempertimbangkan berbagau sudut pandang dan dampak jangka panjang melalui metode 4 paradigma, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Mempelajari topik modul 3.1 mengenai pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sangatlah penting baik bagi individu dan sebagai pemimpin. Bagi individu modul ini akan membantu untuk memahami dan menerapkan nilai0nilai kebajikan untuk membantu mengembangkan karakter yang kuat dan berintegritas. Selain itu juga membantu dalam membuat keputusan yang lebih bijaksana dan bertanggung jawab. Bagi seorang pemimpin, modul ini akan memberikan pengaruh yang positif. Keputusan yang baik dan bijaksana dapat memberikan pengaruh positif yang lebih luas, menciptakan lingkungan kerja yang saling mendukung, kondusif, aman dan nyaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar