Jumat, 09 Agustus 2024

 

TUGAS 3.1.a.6. DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.1

 

Tugas “Demonstrasi Kontekstual” pada modul 3.1 memberikan saya pemahaman bagaimana menjadi seorang pemimpin yang harus bisa mengambil keputusan berkaitan dengan kasus yang ada di sekolah. Kerap kali seorang pemimpin akan berhadapan dengan kasus dilema etika atau bujukan moral. Oleh karena itu seorang pemimpin harus dapat mengidentifikasi kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral. Selain itu pemimpin juga harus dapat membuat keputusan yang bijak karena memiliki dampak bagi dirinya dan juga sekolah yang dia pimpin.

Pada modul 3.1 ini tepatnya di Demonstrasi Kontekstual, saya mendapatkan tugas untuk mewawancarai 2 pimpinan sekolah. Tujuannya yaitu  CGP dapat melakukan suatu analisis atas penerapan proses pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajarinya tentang berbagai paradigma, prinsip, pengambilan dan pengujian keputusan di sekolah asal masing-masing dan di sekolah/lingkungan lain.

Pada tugas demonstrasi kontekstual modul 3,1 ini saya mewawancarai Pak Diano, S.Pd yang merupakan kepala sekolah di unit kerja saya yaitu SMAN 5 Buntok pada hari Jumat, 9 Agustus 2024. Saya juga mewawancarai Ibu Agus Dewianti, S.Pd selaku kepala TK Santa Maria Buntok pada hari Kamis, 8 Agustus 2024

Wawancara dengan Kepala SMAN 5 Buntok


Wawancara dengan Kepala TK Santa Maria Buntok

 

Berikut ini adalah hasil wawancara saya:

1.      Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?

(Diano, S.Pd) Menurut saya, kasus dilema etika adalah ketika kasus tersebut memiliki dampak yang besar pada setiap keputusan yang akan diambil entah itu kepada guru ataupun murid. Sedangkan kasus bujukan moral menurut saya ketika saya mengetahui bahwa kasus tersebut lebih ke nilai yang negatif.

(Agus Dewianti, S.Pd) Saya mengetahui bahwa permasalahan tersebut adalah dilema etika apabila permasalahan tersebut berkaitan dengan aturan sekolah dan memiliki dampak pada anak didik. Seperti contoh sekolah di tempat kami adalah sekolah inklusi, maka sesuai aturan yang ada sekolah kami wajib menerima siswa yang berkebutuhan khusus. Walaupun guru-guru disini bukan berlatar belakang pendidikan khusus, namun kebijakan tersebut tidak bisa kami hindarkan dan harus diikuti.

 

2.      Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?

(Diano, S.Pd) Saya akan mengedepankan keputusan bersama dan tetap berpedoman pada aturan yang sudah ditetapkan. Apabila berkaitan dengan murid maka terlebih dahulu saya akan berdiskusi dengan rekan guru terkait aturan sekolah yang berlaku. Sedangkan apabila kasus yang berkaitan dengan guru makan saya juga berkomunikasi dengan rekan wakil kepala sekolah atau juga dengan pengawas sekolah. Saya juga akan memikirkan dampak positif dan negatif yang akan terjadi dari keputusan yang diambil tersebut.

(Agus Dewianti, S.Pd) Sebagai pendidik, maka pertama kali saya akan melihat dulu permasalahan yang sebenarnya terjadi. Setelah mengetahui akar permasalahannya saya sebagai pimpinan akan membahas bersama dengan guru-guru. Khusus di TK kasus yang muncul lebih sering berkaitan dengan peserta didik. Oleh karena setelah membahas bersama dengan guru-guru maka saya juga akan berkomunikasi dengan orang tua peserta didik. Pada saat itu saya akan berusaha untuk mencarikan solusi yang sama-sama baik dan benar bagi kedua belah pihak.

 

3.      Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?

(Diano, S.Pd) Dalam pengambilan keputusan saya terlebih dahulu menganalisis permasalahan tersebut dari berbagai sudut pandang. Kemudian saya akan mengajak guru lain yang berkaitan dengan kasus tersebut untuk dimintai pendapat seperti wakil kepala sekolah ataupun guru lain yang kompeten. Apabila memungkinkan saya juga mengajak warga sekolah untuk bersama-sama menyelesaikan keputusan tersebut. Setelah itu baru kemudian dilakukan pengambilan keputusan.

(Agus Dewianti, S.Pd) Langkah-langkah yang saya lakukan sebelum melakukan pengambilan keputusan, pertama saya akan mendalami terlebih dahulu permasalahan yang terjadi. Kemudian saya akan mencari tahu apakah ada kaitannya dengan peraturan di sekolah atau kebijakan sekolah. Hal ini akan menjadi dasar dalam komunikasi selanjutnya.. Setelah itu saya akan membahasnya dengan guru-guru. Apabila diperlukan saya juga akan membahas dengan pimpinan unit. Apabila kasus ini berkaitan juga dengan siswa maka saya akan menyertakan orang tua siswa. Setelah itu maka kami membuat keputusan untuk permasalahan yang terjadi.

 

4.      Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?

(Diano, S.Pd) Keterbukaan komunikasi antara pihak yang terkait merupakan hal efektif ketika akan mengambil suatu keputusan pada kasus dilema etika. Ketika masing-masing saling mengetahui permasalahannya maka keputusan yang dibuat adalah yang terbaik. Selain itu mengutamakan musyawarah bersama agar keputusan yang dihasilkan bermanfaat bagi banyak orang di lingkungan sekolah.

(Agus Dewianti, S.Pd) Menurut saya keterbukaan merupakan hal yang efektif dalam pengambilan kasus dilema etika. Ketika kita berbicara secara terus terang kepada orang lain apa yang disampaikan akan lebih mudah dimengerti. Selain itu dalam pengambilan keputusan di sekolah saya tetap berdasarkan aturan yang berlaku. Walaupun terkesan kaku namun saya menjunjung integritas sebagai seorang Kepala TK. Setelah itu saya membuat berita acara apabila kasus dilema etika tersebut berkaitan dengan seluruh komponen sekolah. Berita acara tersebut menjadi pegangan apabila keputusan yang telah diambil dipermasalahkan.

 

5.      Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?

(Diano, S.Pd) Tantangan dalam pengambilan kasus dilema etika adalah kerap kali kebijakan di sekolah sering berubah-ubah sehingga tidak ada dasar yang jelas dalam menegakkan aturan di sekolah.

(Agus Dewianti, S.Pd) Tantangan yang dialami adalah ketika dua belah pihak masing-masing memiliki alasan yang sama-sama kuat. Selain itu tantangan lain apabila terdapat kasus yang dirasa akan merugikan sekolah namun pada saat itu sekolah belum memiliki aturan yang jelas untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

6.      Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan?

(Diano, S.Pd) Selama ini saya selalu menyiapkan waktu ketika mengamil keputusan terkait kasus dilema etika. Saya terlebih dahulu akan berdiskusi dengan guru-guru yang kompeten sesuai bidangnya dan apabila kasus yang serius maka akan dibawa dalam rapat dewan guru.

(Agus Dewianti, S.Pd) Saya akan menunggu waktu yang tepat untuk mengambil keputusan tersebut. Saya perlu melihat terlebih dahulu kasus yang sedang terjadi. Apabila kasus tersebut terkait pelanggaran aturan sekolah maka saya akan mengamati selama beberapa waktu apakah akan terjadi terus atau hanya terjadi pada saat itu saja. Setelah itu baru saya akan membuat keputusan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

 

7.      Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?

(Diano, S.Pd) Dalam pengambilan suatu keputusan, saya selalu melibatkan warga sekolah baik wakil kepala sekolah, dewan guru, komite dan juga orang tua siswa. ini saya lakukan agar semakin banyak pendapat yang dihasilkan dan juga membantu mencari alternatif solusi yang terbaik.

(Agus Dewianti, S.Pd) Pertama faktor pendukung untuk memudahkan pengambilan keputusan di sekolah adalah saya selalu berdasarkan aturan/kebijakan sekolah yang ada. Namun apabila ternyata kasus tersebut memiliki dasar yang kuat sehingga harus melanggar aturan sekolah maka saya akan berkoordinasi dan meminta pertimbangan dengan koordinator unit yayasan. Selain itu pada kasus tertentu saya juga akan mempertimbangkan pendapat/opini dari orang tua siswa.

 

8.      Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?

(Diano, S.Pd) Pelajaran yang dapat saya ambil adalah setiap keputusan yang diambil akan memiliki dampak kepada sekolah. Seorang pemimpin tidak selamanya bisa mengambil keputusan yang terbaik, oleh karena itu perlu juga pertimbangan dan masukan dari pihak lain dalam menyelesaikan kasus dilema etika.

(Agus Dewianti, S.Pd) Berdasarkan pengalaman saya ketika mengambil suatu keputusan, saya belajar bahwa tidak selamanya keputusan yang bijaksana itu dapat diterima oleh orang lain. Bagi saya keputusan yang bijaksana itu adalah keputusan yang benar. Selain itu keputusan yang bijaksana tidak harus terpaku pada dua keputusan saja entah benar atau salah. Saya dapat membuat pilihan lain yang menurut saya adalah keputusan yang terbaik dan dapat dipertanggung jawabkan

 

Analisis dan Refleksi

Hal-hal menarik apa yang muncul dari wawancara tersebut?

Dari wawancara kedua narasumber kepala sekolah, terdapat beberapa hal menarik yang dapat diidentifikasi:

Pemahaman dilema etika : Kedua narasumber memiliki pemahaman yang baik terkait kasus yang merupakan dilema etika dan bujukan moral terkait permasalahan yang terjadi di sekolah.

Dasar pedoman pengambilan keputusan : Kedua narasumber memiliki pedoman yang dijadikan acuan ketika akan melakukan pengambilan keputusan. Ini menandakan bahwa mereka tidak mengambil keputusan hanya berdasarkan perasaan saja.

Prosedur pengambilan keputusan : Setiap keputusan yang diambil oleh masing-masing narasumber tidak dilakukan saat permasalahan terjadi namun selalu penuh pertimbangan dan analisis. Selain itu apabila permasalahan tersebut cukup berat mereka juga berkonsultasi dengan pimpinan tertinggi.

Tantangan dalam mengambil keputusan : Kedua narasumber menyatakan bahwa selalu terdapat tantangan dalam mengambil keputusan. Tantangan tersebut dapat berasal dari diri sendiri dalam hal kepedulian ataupun dari orang lain dengan alasan yang kuat. Oleh karena itu setiap pengambilan keputusan harus dilakukan dengan pertimbangan dan memiliki landasan yang kuat juga.

Peran dukungan pihak lain : Kedua narasumber mengatakan bahwa pada saat proses pengambilan keputusan mereka tidak melakukannya secara sendiri namun kerap kali juga melibatkan pendapat orang lain baik guru, pengawas dan juga melibatkan orang tua siswa.

 

Bagaimana hasil wawancara antara 2-3 pimpinan yang Anda wawancarai, adakah sebuah persamaan, atau berbedaan. Kira-kira ada yang menonjol dari salah satu pimpinan tersebut, mengapa, apa yang membedakan?

Hasil wawancara dengan kedua pimpinan menunjukkan beberapa persamaan dan perbedaan.

Persamaan :

·        Kedua narasumber terlebih dahulu menyelidiki kasus tersebut sebelum mengambil keputusan. Sebagai seorang pemimpin sekolah mereka tidak serta merta mengambil keputusan hanya berdasarkan informasi yang minim. Dilakukan penggalian informasi untuk mengetahui permasalahan yang sebenarnya sedang terjadi.

·         Terdapat tahapan dalam setiap pengambilan keputusan yang dilakukan dengan cara mereka masing-masing. Namun secara garis besar setiap pengambilan keputusan melibatkan dewan guru, pengawas dan orang tua siswa.

Perbedaan

·        Narasumber pertama Pak Diano lebih menekankan keputusan bersama warga sekolah dalam mengambil suatu kebijakan/keputusan. Sedangkan pada narasumber kedua yaitu Bu Agus Dewianti lebih menekankan pada aturan atau kebijakan sekolah/yayasan yang sudah disepakati bersama.

Apa rencana ke depan para pimpinan dalam menjalani pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika? Bagaimana mereka bisa mengukur efektivitas pengambilan keputusan mereka?

Kedua pimpinan sudah memiliki rencana kedepan berkaitan pengambilan keputusan yang mendangung unsur dilema etika. Pak Diano memiliki rencana agar pedoman/aturan sekolah yang awalnya dalam bentul lisan namun akan dibuat secara tertulis sehingga setiap warga sekolah dapat mengetahuinya. Dengan demikian sebelum kasus dilema etika muncul, setiap pihak di sekolah akan berpikir ulang ketika melakukan suatu tindakan yang kelak akan menimbulkan permasalahan.

Bu Agus Dewianti berencana untuk lebih menjalan SOP ketika mengambil suatu keputusan. Selain itu juga setiap keputusan yang dibuat akan selalu dicatat dan disepakati bersama pihak yang bersangkutan sehingga keputusan tersebut bukan berdasarkan keputusan pribadi namun juga keputusan yang melibatkan banyak komponen sekolah.

Mengukur efektivitas pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat dampak yang terjadi pada jangka pendek dan jangka panjang atas keputusan yang telah diambil. Apakah keputusan tersebut memberikan dampak positif bagi sekolah atau malah berdampak negatif.

 

Bagaimana Anda sendiri akan menerapkan pengambilan keputusan dilema etika pada lingkungan Anda, pada murid-murid Anda, dan pada kolega guru-guru Anda yang lain? Kapan Anda akan menerapkannya?

Sebagai seorang pemimpin saya tidak akan mengambil keputusan secara terburu-buru. Pertama saya akan menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian keputusan. Selain itu saya juga akan berdiskusi secara terbuka dengan pihak-pihak terkait sehingga keputusan yang diambil memiliki dasar dan dapat diterima oleh orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar