TUGAS 3.1.a.6. DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.1
Tugas “Demonstrasi Kontekstual” pada modul 3.1 memberikan saya pemahaman bagaimana menjadi seorang pemimpin yang harus bisa mengambil keputusan berkaitan dengan kasus yang ada di sekolah. Kerap kali seorang pemimpin akan berhadapan dengan kasus dilema etika atau bujukan moral. Oleh karena itu seorang pemimpin harus dapat mengidentifikasi kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral. Selain itu pemimpin juga harus dapat membuat keputusan yang bijak karena memiliki dampak bagi dirinya dan juga sekolah yang dia pimpin.
Pada modul 3.1 ini tepatnya di Demonstrasi
Kontekstual, saya mendapatkan tugas untuk mewawancarai 2 pimpinan sekolah. Tujuannya
yaitu CGP dapat melakukan suatu analisis
atas penerapan proses pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan yang telah
dipelajarinya tentang berbagai paradigma, prinsip, pengambilan dan pengujian
keputusan di sekolah asal masing-masing dan di sekolah/lingkungan lain.
Pada tugas demonstrasi kontekstual modul 3,1
ini saya mewawancarai Pak Diano, S.Pd yang merupakan kepala sekolah di unit
kerja saya yaitu SMAN 5 Buntok pada hari Jumat, 9 Agustus 2024. Saya juga mewawancarai
Ibu Agus Dewianti, S.Pd selaku kepala TK Santa Maria Buntok pada hari Kamis, 8 Agustus
2024
Wawancara dengan Kepala SMAN 5 Buntok
Berikut ini adalah hasil wawancara saya:
1.
Selama
ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema
etika atau bujukan moral?
(Diano,
S.Pd) Menurut saya, kasus dilema etika adalah ketika
kasus tersebut memiliki dampak yang besar pada setiap keputusan yang akan
diambil entah itu kepada guru ataupun murid. Sedangkan kasus bujukan moral
menurut saya ketika saya mengetahui bahwa kasus tersebut lebih ke nilai yang
negatif.
(Agus
Dewianti, S.Pd) Saya mengetahui bahwa permasalahan tersebut
adalah dilema etika apabila permasalahan tersebut berkaitan dengan aturan
sekolah dan memiliki dampak pada anak didik. Seperti contoh sekolah di tempat
kami adalah sekolah inklusi, maka sesuai aturan yang ada sekolah kami wajib
menerima siswa yang berkebutuhan khusus. Walaupun guru-guru disini bukan
berlatar belakang pendidikan khusus, namun kebijakan tersebut tidak bisa kami
hindarkan dan harus diikuti.
2.
Selama
ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama
untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau
sama-sama mengandung nilai kebajikan?
(Diano,
S.Pd) Saya akan mengedepankan keputusan bersama dan tetap
berpedoman pada aturan yang sudah ditetapkan. Apabila berkaitan dengan murid
maka terlebih dahulu saya akan berdiskusi dengan rekan guru terkait aturan
sekolah yang berlaku. Sedangkan apabila kasus yang berkaitan dengan guru makan saya
juga berkomunikasi dengan rekan wakil kepala sekolah atau juga dengan pengawas
sekolah. Saya juga akan memikirkan dampak positif dan negatif yang akan terjadi
dari keputusan yang diambil tersebut.
(Agus
Dewianti, S.Pd) Sebagai pendidik, maka pertama kali saya akan
melihat dulu permasalahan yang sebenarnya terjadi. Setelah mengetahui akar
permasalahannya saya sebagai pimpinan akan membahas bersama dengan guru-guru.
Khusus di TK kasus yang muncul lebih sering berkaitan dengan peserta didik.
Oleh karena setelah membahas bersama dengan guru-guru maka saya juga akan
berkomunikasi dengan orang tua peserta didik. Pada saat itu saya akan berusaha
untuk mencarikan solusi yang sama-sama baik dan benar bagi kedua belah pihak.
3.
Langkah-langkah
atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?
(Diano,
S.Pd) Dalam pengambilan keputusan saya terlebih
dahulu menganalisis permasalahan tersebut dari berbagai sudut pandang. Kemudian
saya akan mengajak guru lain yang berkaitan dengan kasus tersebut untuk dimintai
pendapat seperti wakil kepala sekolah ataupun guru lain yang kompeten. Apabila
memungkinkan saya juga mengajak warga sekolah untuk bersama-sama menyelesaikan
keputusan tersebut. Setelah itu baru kemudian dilakukan pengambilan keputusan.
(Agus
Dewianti, S.Pd) Langkah-langkah yang saya lakukan sebelum
melakukan pengambilan keputusan, pertama saya akan mendalami terlebih dahulu
permasalahan yang terjadi. Kemudian saya akan mencari tahu apakah ada kaitannya
dengan peraturan di sekolah atau kebijakan sekolah. Hal ini akan menjadi dasar
dalam komunikasi selanjutnya.. Setelah itu saya akan membahasnya dengan
guru-guru. Apabila diperlukan saya juga akan membahas dengan pimpinan unit.
Apabila kasus ini berkaitan juga dengan siswa maka saya akan menyertakan orang
tua siswa. Setelah itu maka kami membuat keputusan untuk permasalahan yang
terjadi.
4.
Hal-hal
apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada
kasus-kasus dilema etika?
(Diano,
S.Pd) Keterbukaan komunikasi antara pihak yang
terkait merupakan hal efektif ketika akan mengambil suatu keputusan pada kasus
dilema etika. Ketika masing-masing saling mengetahui permasalahannya maka
keputusan yang dibuat adalah yang terbaik. Selain itu mengutamakan musyawarah bersama
agar keputusan yang dihasilkan bermanfaat bagi banyak orang di lingkungan
sekolah.
(Agus Dewianti, S.Pd) Menurut
saya keterbukaan merupakan hal yang efektif dalam pengambilan kasus dilema
etika. Ketika kita berbicara secara terus terang kepada orang lain apa yang
disampaikan akan lebih mudah dimengerti. Selain itu dalam pengambilan keputusan
di sekolah saya tetap berdasarkan aturan yang berlaku. Walaupun terkesan kaku
namun saya menjunjung integritas sebagai seorang Kepala TK. Setelah itu saya
membuat berita acara apabila kasus dilema etika tersebut berkaitan dengan
seluruh komponen sekolah. Berita acara tersebut menjadi pegangan apabila
keputusan yang telah diambil dipermasalahkan.
5.
Hal-hal
apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada
kasus-kasus dilema etika?
(Diano,
S.Pd) Tantangan dalam pengambilan kasus dilema etika
adalah kerap kali kebijakan di sekolah sering berubah-ubah sehingga tidak ada
dasar yang jelas dalam menegakkan aturan di sekolah.
(Agus
Dewianti, S.Pd) Tantangan yang dialami adalah ketika dua belah
pihak masing-masing memiliki alasan yang sama-sama kuat. Selain itu tantangan
lain apabila terdapat kasus yang dirasa akan merugikan sekolah namun pada saat
itu sekolah belum memiliki aturan yang jelas untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut.
6.
Apakah
Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian
kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki
sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang
Anda jalankan?
(Diano,
S.Pd) Selama ini saya selalu menyiapkan waktu ketika
mengamil keputusan terkait kasus dilema etika. Saya terlebih dahulu akan
berdiskusi dengan guru-guru yang kompeten sesuai bidangnya dan apabila kasus
yang serius maka akan dibawa dalam rapat dewan guru.
(Agus
Dewianti, S.Pd) Saya akan menunggu waktu yang tepat untuk
mengambil keputusan tersebut. Saya perlu melihat terlebih dahulu kasus yang
sedang terjadi. Apabila kasus tersebut terkait pelanggaran aturan sekolah maka
saya akan mengamati selama beberapa waktu apakah akan terjadi terus atau hanya
terjadi pada saat itu saja. Setelah itu baru saya akan membuat keputusan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut.
7.
Adakah
seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda
dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?
(Diano,
S.Pd) Dalam pengambilan suatu keputusan, saya selalu
melibatkan warga sekolah baik wakil kepala sekolah, dewan guru, komite dan juga
orang tua siswa. ini saya lakukan agar semakin banyak pendapat yang dihasilkan
dan juga membantu mencari alternatif solusi yang terbaik.
(Agus
Dewianti, S.Pd) Pertama faktor pendukung untuk memudahkan
pengambilan keputusan di sekolah adalah saya selalu berdasarkan aturan/kebijakan
sekolah yang ada. Namun apabila ternyata kasus tersebut memiliki dasar yang
kuat sehingga harus melanggar aturan sekolah maka saya akan berkoordinasi dan
meminta pertimbangan dengan koordinator unit yayasan. Selain itu pada kasus
tertentu saya juga akan mempertimbangkan pendapat/opini dari orang tua siswa.
8.
Dari
semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari
pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?
(Diano,
S.Pd) Pelajaran yang dapat saya ambil adalah setiap
keputusan yang diambil akan memiliki dampak kepada sekolah. Seorang pemimpin tidak
selamanya bisa mengambil keputusan yang terbaik, oleh karena itu perlu juga
pertimbangan dan masukan dari pihak lain dalam menyelesaikan kasus dilema
etika.
(Agus
Dewianti, S.Pd) Berdasarkan pengalaman saya ketika mengambil
suatu keputusan, saya belajar bahwa tidak selamanya keputusan yang bijaksana
itu dapat diterima oleh orang lain. Bagi saya keputusan yang bijaksana itu
adalah keputusan yang benar. Selain itu keputusan yang bijaksana tidak harus
terpaku pada dua keputusan saja entah benar atau salah. Saya dapat membuat
pilihan lain yang menurut saya adalah keputusan yang terbaik dan dapat
dipertanggung jawabkan
Analisis dan Refleksi
Hal-hal menarik apa yang muncul dari wawancara
tersebut?
Dari wawancara kedua narasumber kepala sekolah,
terdapat beberapa hal menarik yang dapat diidentifikasi:
Pemahaman dilema etika : Kedua narasumber
memiliki pemahaman yang baik terkait kasus yang merupakan dilema etika dan
bujukan moral terkait permasalahan yang terjadi di sekolah.
Dasar pedoman pengambilan keputusan : Kedua
narasumber memiliki pedoman yang dijadikan acuan ketika akan melakukan
pengambilan keputusan. Ini menandakan bahwa mereka tidak mengambil keputusan
hanya berdasarkan perasaan saja.
Prosedur pengambilan keputusan : Setiap
keputusan yang diambil oleh masing-masing narasumber tidak dilakukan saat permasalahan
terjadi namun selalu penuh pertimbangan dan analisis. Selain itu apabila permasalahan
tersebut cukup berat mereka juga berkonsultasi dengan pimpinan tertinggi.
Tantangan dalam mengambil keputusan : Kedua
narasumber menyatakan bahwa selalu terdapat tantangan dalam mengambil
keputusan. Tantangan tersebut dapat berasal dari diri sendiri dalam hal
kepedulian ataupun dari orang lain dengan alasan yang kuat. Oleh karena itu
setiap pengambilan keputusan harus dilakukan dengan pertimbangan dan memiliki landasan
yang kuat juga.
Peran dukungan pihak lain : Kedua narasumber
mengatakan bahwa pada saat proses pengambilan keputusan mereka tidak
melakukannya secara sendiri namun kerap kali juga melibatkan pendapat orang
lain baik guru, pengawas dan juga melibatkan orang tua siswa.
Bagaimana hasil wawancara antara 2-3 pimpinan
yang Anda wawancarai, adakah sebuah persamaan, atau berbedaan. Kira-kira ada
yang menonjol dari salah satu pimpinan tersebut, mengapa, apa yang membedakan?
Hasil wawancara dengan kedua pimpinan
menunjukkan beberapa persamaan dan perbedaan.
Persamaan :
·
Kedua
narasumber terlebih dahulu menyelidiki kasus tersebut sebelum mengambil
keputusan. Sebagai seorang pemimpin sekolah mereka tidak serta merta mengambil
keputusan hanya berdasarkan informasi yang minim. Dilakukan penggalian informasi
untuk mengetahui permasalahan yang sebenarnya sedang terjadi.
·
Terdapat tahapan dalam setiap pengambilan
keputusan yang dilakukan dengan cara mereka masing-masing. Namun secara garis
besar setiap pengambilan keputusan melibatkan dewan guru, pengawas dan orang
tua siswa.
Perbedaan
·
Narasumber
pertama Pak Diano lebih menekankan keputusan bersama warga sekolah dalam
mengambil suatu kebijakan/keputusan. Sedangkan pada narasumber kedua yaitu Bu Agus
Dewianti lebih menekankan pada aturan atau kebijakan sekolah/yayasan yang sudah
disepakati bersama.
Apa rencana ke depan para pimpinan dalam
menjalani pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika? Bagaimana
mereka bisa mengukur efektivitas pengambilan keputusan mereka?
Kedua pimpinan sudah memiliki rencana kedepan
berkaitan pengambilan keputusan yang mendangung unsur dilema etika. Pak Diano
memiliki rencana agar pedoman/aturan sekolah yang awalnya dalam bentul lisan
namun akan dibuat secara tertulis sehingga setiap warga sekolah dapat
mengetahuinya. Dengan demikian sebelum kasus dilema etika muncul, setiap pihak
di sekolah akan berpikir ulang ketika melakukan suatu tindakan yang kelak akan
menimbulkan permasalahan.
Bu Agus Dewianti berencana untuk lebih menjalan
SOP ketika mengambil suatu keputusan. Selain itu juga setiap keputusan yang
dibuat akan selalu dicatat dan disepakati bersama pihak yang bersangkutan
sehingga keputusan tersebut bukan berdasarkan keputusan pribadi namun juga
keputusan yang melibatkan banyak komponen sekolah.
Mengukur efektivitas pengambilan keputusan
dilakukan dengan melihat dampak yang terjadi pada jangka pendek dan jangka
panjang atas keputusan yang telah diambil. Apakah keputusan tersebut memberikan
dampak positif bagi sekolah atau malah berdampak negatif.
Bagaimana Anda sendiri akan menerapkan
pengambilan keputusan dilema etika pada lingkungan Anda, pada murid-murid Anda,
dan pada kolega guru-guru Anda yang lain? Kapan Anda akan menerapkannya?
Sebagai seorang pemimpin saya tidak akan
mengambil keputusan secara terburu-buru. Pertama saya akan menggunakan 4
paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian keputusan. Selain itu saya juga
akan berdiskusi secara terbuka dengan pihak-pihak terkait sehingga keputusan
yang diambil memiliki dasar dan dapat diterima oleh orang lain.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar